27 Shafar tahun 14 kenabian.
Sebuah sosok meninggalkan rumah dalam keadaan sembunyi-sembunyi di bawah naungan malam. Ia bergegas menuju sebuah rumah lain untuk menjemput sosok lain yang hendak menjalankan sebuah rencana bersamanya.
Sang pemilik rumah adalah Abu Bakar As Shiddiq sedangkan tamunya tak lain dari Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Malam itu dan saat itu juga mereka bergegas meninggalkan kota Makkah demi menyusul umat Islam lain yang telah berangkat ke Madinah. Hal tersebut bukan perkara mudah mengingat pengawasan ketat yang diberlakukan oleh tokoh kaum Quraisy yang diketuai Abu Jahal bin Hisyam. Para tokoh Quraisy telah mengetahui dengan jelas bahwa umat Islam menjadikan Yastrib sebagai wilayah suaka dan hanya tinggal menunggu waktu hingga rasulullah menyusul mereka.
Rasulullah dan Abu Bakar pun memahami hal yang sama. Menuju Yastrib dengan berjalan menuju utara merupakan tindakan beresiko tinggi hingga mereka pun memilih untuk menempuh jalur selatan kemudian berbelok ke barat menuju Laut Merah. Dari situlah mereka berencana untuk menuju Madinah melalui wilayah pesisir namun khusus untuk malam itu dan dua malam setelahnya mereka berencana untuk singgah di tempat lain yaitu Gua Tsur.
Berdiam diri di dalam gua selama tiga hari memang menawarkan keamanan sementara namun biar bagaimanapun mereka harus segera melanjutkan perjalanan menuju Yastrib; dan kali ini tindakan tersebut akan menjadi semakin sulit karena kaum Quraisy yang merasa kecolongan sudah pasti akan mengirim patroli ke berbagai tempat.
Disinilah Abu Bakar memainkan peran penting sebagai sahabat dan orang kepercayaan rasulullah. Sebelum pergi beliau telah menginstruksikan beberapa orang untuk memainkan peran dalam keberhasilan rencana itu.
Putranya yang bernama Abdullah ditugaskan untuk mengumpulkan informasi yang beredar di tengah penduduk Makkah dan melaporkannya pada malam hari. Abdullah berangkat di tengah gelap malam dan kembali ke kota sebelum terbit fajar.
Selain putranya, Abu Bakar juga menginstruksikan salah seorang budaknya yang bernama Amir bin Furaihah untuk mengembalakan kambing perah dekat gua dan menyiapkan susu untuk konsumsi. Begitu pekatnya malam tiba, Rasulullah dan Abu Bakar keluar dari gua untuk meminum susu tersebut. Setelah itu Amir bin Furaihah pun menggiring kambing-kambingnya menjauhi gua seraya menghapus jejak-jejak yang tersisa untuk menghilangkan kecurigaan patroli Quraisy.
Jangan lupakan pula jasa Abdullah bin Uraiqith al-Laitsi, seorang pemandu jalan senior yang saat itu belum masuk Islam. Meskipun belum menerima dakwah Islam akan tetapi Rasulullah dan Abu Bakar memeprcayai beliau karena kemahirannya menyusuri jalan-jalan yang nyaris tidak diketahui oleh orang banyak. Dan memang bersama sosok satu inilah perjalanan hingga Yastrib ditempuh.
Selain mampu memilih orang-orang yang tepat, Abu Bakar juga pandai menjalankan siasat hingga banyak orang yang berpapasan dengan rombongan itu tak menyadari keberadaan rasulullah. Abu Bakar terbiasa membonceng rasulullah dan menjelaskan pada orang yang berpapasan dengan mereka bahwa ia (rasulullah) adalah seorang penunjuk jalan. Orang akan mengira bahwa beliau adalah seorang guide padahal yang dimaksud oleh Abu Bakar adalah penunjuk kepada jalan yang lurus.
Inilah salah seorang sahabat yang dikarunia kecerdasan dan kebijaksanaan oleh Allah. Tak heran apabila para sahabat digelari Allah sebagai umat terbaik. Mereka tidak hanya salih dan rajin beribadah akan tetapi juga telah menyumbangkan harta, tenaga, dan nyawa demi kecintaan pada rasulullah. Mereka bukan hanya kaum yang berusaha untuk memperbaiki diri dan membersihkan dosa. Mereka manusia biasa dan bukan malaikat yang terbebas dari dosa. Para sahabat adalah manusia-manusia pilihan yang dikarunia kemampuan besar dalam urusan duniawi seperti strategi, diplomasi, atau kesusteraan.
Ketika kita coba merenungi prestasi para sahabat rasul dalam satu aspek saja, yaitu aspek duniawi, maka akan kita dapati bahwa mereka sama agungnya dengan para pemimpin besar yang telah menorehkan tinta emas dalam sejarah manusia. Akan tetapi, para sahabat rasul adalah manusia bersahaja yang tidak suka menonjolkan diri hingga seakan mereka hanya dikenal dalam urusan agama. Kenyataannya mereka adalah manusia yang mengungguli generasi-generasi lain dalam urusan duniawi maupun ukhrawi.
Wallahu a’lam bishawab.
#kredit foto: Ian Bekcley dari Pexels